Senin, 28 Oktober 2013

Pandai VS Tekun


“Orang yang sukses itu bukan lagi mereka-mereka yang pandai,
tapi orang yang sukses itu adalah mereka yang tekun.”
-Hasrul Hanif, 2013- *dosen pembimbing skripsi*

          Ya, aku teringat sekali pesan dosen pembimbing ku itu ketika sore di kantor PLOD UGM kami berdiskusi tentang skripsweet J. Dari sini juga aku ingin menekankan bahwa orang-orang yang mampu menyelesaikan urusannya dengan cepat dan tepat, jangan kemudian di judge “mereka terburu-buru”. Bukan. Tapi karena mereka tekun. Dan semua orang akan memiliki masanya masing-masing kok, memiliki proses masing-masing, dan memiliki upaya masing-masing. Well, pesan dosenku itu lah yang membuat keyakinan dan kekuatan upayaku bertahan hingga kini dan mengantarkanku hingga titik ini.

            Bersyukurlah orang-orang yang dikelilingi oleh mereka yang mampu memberi nasehat di sela-sela ucapannya. Dan bersyukurlah aku menjadi salah satu yang beruntung itu bahkan ketika berada di fase dimana banyak orang seolah menganggapnya sebagai “momok” (skripsi). Come on ! Jangan lagi anggap skripsi itu sebagai hal yang menyeramkan, membosankan, dan lalalalalala. Jangan meng-kambing hitamkan skripsi. Jika masih ada yang menganggap seperti itu berarti masalahnya bukan di skripsi, tapi di dalam diri sendiri. Hayoloohhh! “Ahh, itu kata lo karna udah selesai skripsi aja ! Dulu kalik lo juga sama nganggap momok.” Ya, memang iya, itu terjadi ketika awal berada di fase itu. Tapi ketika kemudian berbagai kesulitan menghadang di fase itu, sikapku bukan kabur dari masalah, dan mengabaikan apa yang harus diselesaikan, tetapi justru harus dihadapi. Ubah mindset, perkuat keyakinan dan optimisme ditambah tancapkan husnudzon pada Allah dalam setiap prosesnya. Bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya (?). Jika kita berpikir ini akan sulit, jadilah sulit. Jika kita berpikir kita bisa menjadikannya mudah, jadilah Allah permudah. Kun Fayakun!

            Aku mampu berbicara seperti ini dilatari karna telah mengalami, sudah menjalani, dan sudah menikmati prosesnya. Bukankah satu bentuk sikap syukur atas sesuatu itu adalah mengambil pelajaran (?). Begitulah skenario langit dibentuk.

            Oke, kembali ke benang merah. Dalam hal ini perkara pandai atau cerdas itu bukan lagi menjadi faktor utama seseorang untuk berhasil dalam setiap prosesnya. Jika ia pandai tapi niat dan upayanya NOL, ya sama saja bo’ong. 

90% Kemampuan yang kamu miliki sementara Kemauannya hanya 10%, itu akan sia-sia. Berbeda dengan jika Kemauan yang kamu miliki 90% dan Kemampuan 10%, itu justru lebih berarti.

Dari sini bisa dipahami bahwa perkara utamanya adalah masalah TEKUN atau tidaknya seseorang, niat dan upaya seseorang seperti apa itulah yang menentukan keberhasilannya. Orang cerdas memang penting, memiliki banyak ilmu dan wawasan luas itu penting. Tapi percuma jika ia tidak mengupayakan ilmu nya secara tekun. Apakah hanya dengan bekal ilmu saja lalu dengan sekejap kita menjadi orang sukses ? Ngimpiiii !! Nih yaa, Imam Ghazali sang ulama besar saja sudah berpesan,

“Seseorang tidak akan mencapai kebahagiaan kecuali dengan ilmu dan ibadah. Semua orang akan binasa kecuali mereka yang berilmu. Semua orang yang berilmu pasti akan binasa kecuali mereka yang beramal. Dan semua orang yang beramal pasti akan binasa kecuali mereka yang ikhlas.”
*dikutip dari buku Menata Niat, Mewujudkan Ikhlas, Dr. Yusuf al-Qaradhawi*

          Kuncinya ada dalam niat dan upaya yang kemudian menjadi elaborasi panjang dari tekun/rajin/konsisten/disiplin. Niat untuk berilmu, niat untuk beramal, dan upaya untuk mengemas semua itu dalam bingkai keikhlasan. Bahwa dengan ikhlas kita artikan sebagai sikap husnudzon pada Allah atas proses yang terjadi untuk mencapai apa yang kita maksudkan sebagai SUKSES. Sementara niat merupakan komitmen kuat yang terpatri dalam hati dan terealisasi dalam diri. Ada keyakinan ada upaya, maka TEKUN akan kita dapatkan. Coba kita ingat lagi ada pepatah yang mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada manusia bodoh, yang ada hanyalah manusia malas. Maka pangkal dari apa yang ada dalam diri kita, ilmu, amal, keberhasilan, kesuksesan adalah dari ketekunan. Ketekunan kita dalam berupaya dan ketekunan akan keyakinan dalam diri kita bahwa ini adalah proses-Nya yang membentuk kita. Begitulah skenario langit terbentuk.


            Well, semoga yang membaca mampu menarik simpul nya masing-masing J, aku menulis hanya berupaya untuk mengantarkan. Karna aku pun masih dalam proses belajar. Semoga refleksi ini mampu mengajak yang lain juga untuk merenung. Bahwa ada kekuatan-kekuatan yang bekerja yang mampu mengantarkan kita pada kesuksesan. Kekuatan upaya dan kekuatan keyakinan. Semoga bermanfaat. Selamat menikmati proses masing-masing menuju kesuksesan yang hakiki J


Waallahu'alam.

*spesial  buat yang lagi nyekripsik :) *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar